Sebuah esay tentang adil.

Beberapa hari yang lalu saya menulis sebuah esay tentang keadilan yang belum saya selesaikan,saya coba meneruskan yang tulisan yang kemarin.Adil,bagi saya adil itu hanya waktu pertama saat Tuhan menciptakan adam dan hawa,saat Tuhan masih mengkontrol semua isi isi ciptaanNya.Saat adam dan hawa berkembang,menjadi banyak,dan kehidupan manusia mulai berkelompok,kekuasaan mulai mendominasi,dan pemerintahan mulai terbentuk,keadilan itu tidak ada lagi,hilang dan lenyap ditelan oleh kebohongan,kemunafikan,manifestasi dari segala bentuk kekuasaan,uang maupun politik.
Keadilan hanya sebuah nama yang berdiri diatas landasan kebohongan,dimana semua kekuasaan,permainan politik dan uang yang membentuk sebuah institusi,segala undang undang atas nama penegakan keadilan.Realitas dari keadilan itu sendiri tidak pernah pergi jauh dari kekuasaan secara politik,ataupun kekuasaan secara uang.Kemiskinan,kaum kaum terpinggirkan selalu jauh dari keadilan,walaupun ada institusi yang terbentuk yang katanya untuk membantu berjuang bagi si miskin,namun tidak lebih dari sekedar kerangka saja,seperti sebuah permen untuk membohongi anak kecil.Ceritakanlah keadilan itu padaku,bila segelintir manusia yang berkuasa di bumi ini bisa mengontrol lebih dari separuh kekayaan alam dimana orang orang terpinggirkan harus menyambung hidup dengan bekerja sebagai budak untuk mereka.Ceritakan keadilan kepadaku bila seorang bapak usia lanjut harus bangun jam dua pagi disaat mereka yang mampu dan kaya masih berpelukan mesra di samping istri dengan kehangatan tiada tara,dan dia harus mengayuh sepeda sejuah 80km hanya untuk mengambil sayur dan menjualnya.sementara disisi lain,seorang pencinta bike to work bisa menghabiskan puluhan juta hanya demi kepuasan mendapatkan sebuah sepeda bermerk.Ceritakan keadilan padaku di saat mereka yang setiap hari harus berjuang demi sesuap nasi di jalanan,hidup terpinggirkan,bagai sampah sementara segelintir orang bisa menghabiskan puluhan juta hanya sepotong baju bermerk.Ceritakan keadilan kepadaku bila mereka yang mati hanya karena penyakit yang tidak mampu mereka obati sementara yang lain bisa menghabiskan ratusan juta hanya karena setitik noda di wajah.itukah keadilan?saya rasa tidak,Adakah perbedaan diantara mereka?Di mata Tuhan,kita semua sama.tapi,kita hidup dalam dunia fana,dimana kita disuruh tunduk di bawah suatu hukum,dan hukum itu di buat dan di kontrol oleh segelintir orang yang mempunya kuasa,apakah mereka Tuhan,wakil Tuhan?jelas tidak

Komentar

Panjilu mengatakan…
Friend...,
Bicara soal keadilan itu adalah subjektif, bersifat abstrak, dan tidak ada patokan yang jelas. Bayangkan friend kalau adil itu artinya harus sama rata, apakah waktu kecil ketika kita masih sekolah SD dikasih uang jajan olah orang tua jumlahnya harus sama dengan jumlahnya yang dikasih orang tua kita untuk kakak kita yang sudah sekolah di bangku SMA ?

Mengapa seorang bapak usia lanjut yang bangun jam dua pagi, dan dia harus mengayuh sepeda sejuah 80km hanya untuk mengambil sayur dan menjualnya, kamu mendeskripsikannya dengan tidak adil ?, Bagaimana seandainya kalau mereka yang mampu dan kaya masih berpelukan mesra di samping istri waktu jam 2 pagi , pernah merasakan dan menjalani apa yang pak tua jalani waktu jam 2 pagi ?, apakah sikaya adalah seorang yang tidak adil ?

Friend, Tuhan adalah adil, adil di segala perkara, tinggal bagaimana manusia memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan. Masalanya adalah berhasilkah dia melakukannya atau tidak, itulah yang biasanya dijadikan oleh manusia menjadi alasan, mengapa Tuhan tidak adil pada mereka. Lantas kalau sudah tidak berhasil, apa yang akan dilakukan ?, menunggu bola di depan gawang ?, atau menantikan kiriman malaikat keberuntungan di siang bolong ?, bisa jadi dia datang sih, tapi bisa juga dia ngak akan pernah datang..., Jadi diperlukan suatu kebijaksanaan dalam menanggapi sebuah ketidak berhasilan.

Saya rasa pak tua, sudah ikhlas akan apa yang dia lakukan di pagi hari di jam 2 pagi, karena dia mengerti pasti akan hukum tanam-tuai. Disaat dimana ada waktu untuk menanam, ada saatnya juga waktu untuk si tua untuk menuai apa yang dia tanam, walaupun dia harus menuainya di akhir hayat hidupnya.

Friend, kalau kamu mendeskripsikan keadilan seperti yang kamu tulis, berarti kamu juga akan menjadi subject ketidakadilan friend, banyak yang belum bisa makan friend, yang belum bisa melihat juga banyak, begitu juga menulis, apalagi menulis blog..., blog?, bagi mereka, "binatang apa itu ?"

Friend, Hukum alam berlaku, hukum rimba pun lebih berlaku di kehidupan manusia, kebijaksanaan-lah yang akan mengantarkan apakah kita layak untuk memenangkan hukum alam dan tentunya hukum rimba yang jahat dan gagah.

So.., nikmatilah keadilan dari dalam hatimu friend


YST

Postingan Populer