Jeda


Setelah dua bulan vakum dalam cuap-cuap rasa yang biasa rutin saya tuangkan dalam blog ini,Saya bertanya-tanya kepada diri sendiri apakah ada seseorang di luar sana yang mungkin kangen akan cuapan rasa saya itu,karena saya juga tidak tahu,apakah ada orang yang selalu menanti setiap kata dan kalimat yang tertuang dalam blog ini,saya tidak tahu apakah tulisan saya cukup membuat orang menanti-nantikan untuk di baca,toh saya merasa tidak ada yang peduli dan adem-adem saja selama ini.Seperti waktu yang membawa hari-hari berlalu,semuanya berjalan seperti biasa-biasa saja.
Saya masih dengan rutinitas yang sama,selalu sendirian hampir kemanapun saya pergi,tiada sedikit perubahan yang terjadi dalam rutinitas itu.Masih selalu melankolis dan bernuansa kesepian dalam ritme kehidupan saya,masih selalu berharap menantikan seseorang yang menemukan saya,yang selalu duduk di pojok sebuah kedai kopi,duduk bersandar ketika senja dengan merah meganya menyapa lewat kaca-kaca jendela,alunan music jazz selalu masih mendayu-dayu di bawah speaker pojok ruangan itu,selalu sama.Selalu sama menyapa “sayang,selamat pagi,selamat malam,”kepada seseorang yang tidak pernah menjadi kekasih saya.Selalu sama duduk melewatkan senja Jakarta dengan seorang teman,tanpa ada banyak percakapan diantara kami,duduk diam termenung dalam dunia kita masing-masing berjam-jam.Kesendirian itu begitu kental nuansanya dalam kehidupan saya,kesendirian itu telah menyusup ke setiap cerah hingga selalu ada,kedalam setiap warna,ke dalam setiap bentuk,bahkan di balik sebuah tawa pun terselip kesendirian itu.Kentalnya telah berubah seperti kentalnya sebuah aroma kopi dalam segelas espresso.Begitu pahit dan keras untuk di minum,namun selalu ada yang memesannya.Di luar sana mungkin dunia telah banyak berubah,setiap hari berita-berita perubahan selalu menghiasi headlines Koran pagi yang selalu saya baca,tetapi,di dalam diri saya sendiri,belum ada setitik perubahan yang saya bisa tuliskan di sini,ya mungkin sel-sel tubuh saya sudah lebih banyak yang tumbuh dan
Mati,denyutan jantung saya mungkin berubah,organ-organ saya mungkin tidak sama seperti beberapa tahun lalu,tetapi di balik semua itu terdapat satu ruang yang masih selalu sama,kosong dan tidak berpenghuni.Untungnya ruangan itu tidak seperti ruangan kamar,yang mungkin sudah menyisakan debu setebal lutut.Di situlah tempat menghuninya jiwa kesepian itu.Dari satu bilik itulah,dia mengirimkan sinyal-sinyal kesepian ke seluruh dunia,ke dalam setiap cerah,setiap warna,setiap hari,siang dan malam tanpa henti hingga seseorang mengisi bilik itu dan menemaninya.

“oh,saya merindukan orang itu”.

Komentar

Postingan Populer