idealisme.


masih terekam dalam ingatan,bagaimana dulu saya begitu suka main main dalam dunia imajinasiku.Saya menciptakan dunia khayal dalam diriku,sampai dunia itu terasa menyatu dalam dunia nyataku.Saat kebanyakan teman saya bermain berkelompok,menangkap ikan di sungai,mencari katak sawah di malam hari,sampai mungkin sebagian mereka mungkin pernah mencuri hasil kebun,mengejar layangan,sampai memburu tupai atau burung di hutan,tidak pernah sekalipun saya tertarik untuk bergabung dengan mereka.Dunia bermain saya dengan dunia bermain mereka bagai terpisahkan oleh jarak sebuah planet,atau sebuah dunia fantasi yang saya ciptakan dan hanya saya yang tahu dan menghuni dunia itu,dunia itu begitu mengasyikkan hingga saya tidak pernah menghiraukan sekalipun ajakan teman untuk bergabung dalam dunia permainan mereka.Dan lama lama saya dikucilkan,saya jarang sekali punya teman main baik di sekolah maupun di rumah,namun saat pelajaran menggambar,hampir semuanya dalam satu kelas pasti berbaik-baikan dengan saya agar saya bisa menggambarkan untuk mereka.
Mau tahu berapa asyiknya saya dengan dunia saya itu,dunia yang hanya ada saya di dalamnya dan saya bebas sekali untuk berfantasi di dalamnya?Saat perang teluk 1 dimulai,saat pesawat tempur amerika dikirim dan kapal kapal perang bersandar,saat melihat berita di televisi,pulangnya saya tinggal meminta kertas kosong dan mulai menggambarnya,tank,pesawat tempur,kapal,setelah menggambarkannya,saya cukup membuat semua itu hidup,seakan akan menjadi benaran dan saya mulai bermain di dalamnya,menggotak-atik sesuka hatiku.setelah agak mahil cara menggambarku,saya mulai menggambar tiga dimensi seperti sebuah landskap kota,kota dengan imajinasi sendiri,dengan gedung gedung hasil rancangan sendiri,ada jalan jalanya,ada jalan jalannya,ada kendaraan,sedan,truk,mobil box,semuanya tentunya dalam sudut pandang tiga dimensi,jadi bukan hanya horizontal dan vertikal,namun juga garis secara diagonal.Saat kakak saya membawa pulang banyak majalah majalah bisnis waktu itu,saya mulai tertarik untuk memjadikan dunia fantasiku menjadi dunia bisnis.Saya mulai menggambar,mendesain kantor pusat saya,gedung pencakar langit yang sangat tinggi,desain yang lumayan bagus dan unik,mirip dengan gedung BNI 46 yang ada di sudirman sekarang dengan ujung yang melancip,dan setiap negara mempunyai satu kantor cabang,lengkap dengan desain gedungnya,bukan hanya gedung saja,namun lengkap dengan namanya,logo perusahaan.cukup seru bukan?saat yang lain sibuk dengan menerbangkan layangan,mencari ikan di sungai,bermain air di danau,saya sudah mempunyai gedung pencakar langit,seorang chairman,dengan menaiki kendaraan sedan mercy dalam duniaku tersendiri.Empire International,Mung enterprises,beberapa nama perusahaan dalam dunia fantasiku.Cukup seru bukan?Dalam duniaku,aku adalah riil,dan selain aku,semuanya hanya bias dari hasil khayalanku.
Idealisme tumbuh dari semua itu,saat idealisme itu bertemu dengan realita dan realita itu sangat dekat rasionalisme,idealisme itu mulai terbelenggu,karena idealisme itu tidak nyata,semua hanya fantasi,imajinasi,yang hidup subur terus menerus dalam dunianya sendiri,semuanya akan terus hidup dan tumbuh subur bila tidak ada yang mengusiknya,namun datanglah waktu untuk mempertemukannya dengan rasionalisme dalam bentuk realita,maka pelahan pelahan idealisme itu mulai merasa terpinggirkan,walau ia akan masih tetap hidup mengakar didalamnya,dan saat idealisme itu tidak sejalan dengan realita,maka terkekanglah dia dalam dunia yang seakan-akan terkubur didalamnya,tersergap didalamnya,walau ia masih hidup,semakin ia memaksakan diri untuk keluar dan melawan rasionalisme,ia akan semakin tersiksa.Aku dan dunia fantasiku adalah idealisme,aku dan realitaku sekarang adalah rasionalisme,aku tahu kini,idealisme dan rasionalismeku berjalan dalam bertentangan,berlawanan arah,idealismeku bagai burung yang terbelenggu,dulu dia begitu bebas untuk terbang,kemanapun ia mau,kini walaupun sayapnya masih terbentang,ia terbelenggu dalam realita.dan dalam rasionalismeku,ku tinggalkan jiwa idealismeku didalam,menyatu dalam jiwa ragaku,bagai sebuah robot,ragaku hanyalah ragaku,namun jiwaku seperti cahaya yang redup didalam,tersekap bersama idealismeku.

Komentar

Postingan Populer