Aku mencari ketenangan

Kamu harus pergi sesaat,kembali menelusuri jejek jejak jalan setapak di sebuah desa terpencil dan menelusuri jalan jalan setapak hutan-hutan yang sekarang tidak lagi menjadi hutan,semua hutan yang dulunya begitu rindang dan lebat sekarang yang kamu jumpai hanya lahan-lahan perkebunan dan sisa-sisa pembantaian akan batang-batang pohon yang mungkin telah berusia belasan puluh tahun,sepanjang perjalanan menelusuri jalan setapak itu,kamu terus di bawa kembali ke masa lalu,masa masa ketika kamu masih kecil,masa-masa dimana kamu habiskan masa kecilmu di lahan pertanian dan perkebunan,memancing ikan di sungai-sungai ,mencari jamur di setiap musim hujan  sehabis kemarau panjang,tiupan angin sepoi-sepoi semakin membawa perasaan itu semakin kuat,betapa banyak kenangan yang telah tertanam di semua hutan-hutan yang kamu lewati ini,dulu kamu masih remaja,kedua orang tua kamu masih sehat,kamu teringat semua masa-masa yang kamu habiskan bersama kedua orang tuamu di hutan ini,di lahan pertanian yang menjadi sumber penghasilan bagi keluarga,bagaimana kamu selalu membantu mereka,bagaimana kamu melihat ibumu membanting tulang,bekerja tanpa mengenal lelah membantu ayahmu,bagaimana perasaan rintihan kesedihanmu setiap kali melihat ibumu terluka akan sabetan parang*,atau terluka akan cangkul karena ketidak hati2an disaat membersihkan rumput di perkebunan,bagaimana mereka selalu menyayangi kamu walau mereka tahu keluarga ini tidak kaya seperti keluarga yang lain,tapi kamu seperti satu batu permata yang selalu mereka sayangi dengan segenap ketulusan cinta,kamu terus mengingat,kilas balik semua kenangan itu,suatu rasa kesedihan menyeruap keluar dari rongga hatimu kalau hati ini benar mempunyai rongga,karena kamu mendapatkan bahwa waktu telah membuat begitu banyak perubahan dalam hidup kamu,waktu juga telah banyak mengambil kembali apa yang ia kasih,mengambil kembali ayahmu yang kini telah berpulang selamanya,kesedihan terbesar bukan karena perpisahan,tapi mengenang kembali kilas balik akan sebuah kebersamaan itu sendiri.
Sekarang kamu kembali,menjauh dari hirup pikuk perkotaan,terkadang didalam kehidupan keramaian kota yang kejam,kehidupan yang berorientasi hanya kepada kepentingan,hanya ada persaingan,dan didalam persaingan itu segala cara kemunafikan disematkan demi kepentingan itu sendiri,kamu merasa sangat muak,semua yang kamu lihat dengan kedua mata hanyalah kepalsuan,tipuan,tetapi setiap hari setiap saat kita menampilkan kepalsuan,lama kelamaan kepalsuan itu terlihat menjadi asli,kamu tidak bisa lagi membedakan kepalsuan dan kebenaran karena semua telah terbungkus bersama,tapi kamu harus hidup didalamnya setiap hari,terkadang jiwamu begitu sekarat,sama sekaratnya seperti seseorang yang tenggelam  didalam pusaran air,paru-parumu kemasukan air,ruangnya menjadi penuh dan kamu kesulitan bernafas,kamu berusaha berenang kembali ke atas,mengangkat kepalamu keluar untuk mengambil secuil nafas,sekarang kamu disini,seperti berusaha menyerap kembali oksigen-oksigen itu,membersihkan ruang paru-parumu yang diisi oleh udara-udara polusi perkotaan yang kotor,yang di dalam mengandung banyak kepalsuan,kepura-puraan,sandiwara semata,demi kepentingan.
Kamu mendengar suara angin yang meniup pepohonan,menyegarkan kembali setidaknya sementara semua kepenatan yang melekat didalam kepalamu.

Kembali di jalan setapak itu,kamu bergumam ,sebagian dari mereka telah berjalan di ujung cerita,sementara kamu kini berjalan di tengah cerita,seperti roda berputar,begitulah kehidupan ini,semua begitu fana,waktulah yang abadi.

Komentar

Postingan Populer