Seorang Anak Dalam Senja Dermaga




Aku mengenal seorang anak yang suka duduk di dermaga itu di kala waktu menunjukkan senja sore,dia suka duduk di tepi dermaga,beton tempat perahu menambatkan talinya disaat mau bersandar,ia hanya duduk diam dan pandangannya menatap senja di ufuk barat,walaupun tidak setiap saat aku melihatnya tetapi kecenderungan sering aku melihatnya setiap kali aku ke dermaga itu dikala senja yang cerah, beberapa kali dia bertegur sapa dengan ku walau hanya sebatas senyum, tetapi diam-diam aku suka memandangnya, memperhatikan gerak gerik dia dikala duduk sendirian di dermaga itu,tidak banyak yang aku tahu selain dari kebiasaan dia yang suka menyendiri menatap senja dari dermaga itu, mungkin dia anak yang tinggal di sekitaran pelabuhan ini, mungkin dia suka duduk di dermaga ini untuk melihat perahu-perahu yang berlalu lalang atau mungkin juga dia sedang menunggu kepulangan ayahnya yang sedang pergi melaut, dia seperti seorang yang tidak mempunyai banyak teman atau malah mungkin tidak mempunyai teman karena biasanya anak seusia dia seharusnya mempunyai teman bermain.Anak seusia dia biasanya menghabiskan waktu bermain Bersama dengan teman-temannya sepulang sekolah atau mungkin dia tidak bersekolah,aku hanya menduga-duga dan sering terbersit tanya kenapa dia suka duduk merenung dikala waktu telah menunjukkan senja sore dengan cahaya senja mulai tampak merah berkilauan menyemburat dari balik awan-awan dan berpancar kemana-mana,ke pasir pantai,ke perahu nelayan yang datang pergi,ke jendela kaca warung tempat para nelayan melepas lelah dengan segelas kopi di tangan dan bercerita tentang hasil tangkapan mereka hari ini.Beberapa kali aku ingin menghampirinya dan mengajak dia ngobrol,tetapi ntah kenapa aku selalu mengurungkan niatku di saat aku ingin melakukannya,apa yang dia tatap dari senja itu, matanya menyiratkan pancaran kesedihan ketika dia sedang menatap senja, beberapa kali aku mencuri memotretnya lewat kamera handphone ku,tatapannya menyiratkan semacam perasaan kesedihan,aku susah untuk menerangkan jenis kesedihan yang aku tangkap dari seorang anak yang menatap senja itu, tetapi aku bisa merasakan sejenis perasaaan kesedihan, ditambah dengan suasana senja di dermaga yang selalu melankolis,burung-burung camar tak berhenti-hentinya menyanyi, begitu juga dengan burung-burung walet yang seakan berteriak memanggil kembali ke sarang mereka, hembusan-hembusan angin dan desiran ombak seperti semuanya menyatu dalam satu simfoni orkestra. Mungkin, anak itu ingin mengekspresikan perasaannya dengan menjadi bagian dari orskestra alam itu di saat senja mulai turun, tetapi kesedihan apa yang membuat anak itu begitu khusyuk ingin melarutkannya ke dalam orkestra simfoni senja itu, begitu aku menamakan nama orkestra itu.

 Dermaga itu bukanlah sebuah dermaga yang besar, tetapi selalu ramai akan hilir mudik perahu nelayan yang kembali membawa hasil tangkapan dan perahu yang akan berlayar pergi mengarungi laut malam demi sebuah kehidupan, sehingga dermaga itu selalu terlihat ramai, tetapi tidak ada yang begitu peduli dengan anak itu, walau ada beberapa nelayan yang mengenal dan suka memanggilnya dan seakan-akan menganggap apa yang anak itu lakukan sudah menjadi biasa bagi pemandangan mereka.Senja di dermaga ini memang berbeda dengan senja di pantai-pantai atau dermaga lain yang pernah aku datangi, senja di dermaga ini begitu indah,kalau aku ingin menggambarkannya seperti inilah senja yang seratus persen melukiskan keindahannya,sepenuhnya menuangkan perasaan senja itu sendiri, senja yang setiap kita memandangnya seakan mewakili inilah senja yang benar-benar ingin aku rasakan, yang benar-benar ingin aku abadikan, senja yang tidak ingin aku lewatkan, senja di dermaga ini seperti senja yang semua ornamen-ornamen pendukung senja itu hadir dengan tanpa kekurangan satu pun, bagaimana posisi lekukan holizontal cakrawala depan, sudut posisi turunnya matahari di antara lekukan gunung di depan yang jauh dan suasana perahu-perahu dan burung-burung yang berkumpul itu sendiri,itulah kenapa begitu sering aku kembali ke dermaga ini hanya ingin menangkap dan mengabadikan senja di dermaga ini dan karena itu juga aku bisa mengenal dan memperhatikan anak itu , seorang anak yang suka duduk sendirian menatap senja tanpa mengubris segala keramaian yang ada,sebagai seorang penikmat senja,ada semacam perasaan saling memahami dan mengerti tanpa harus saling berkata , seperti sesama penonton yang menonton satu pertunjukan orkestra yang sama. Sore itu,kembali aku ke dermaga itu untuk menunggu senja sambil mempersiapkan kameraku untuk memotretnya, tapi kali ini aku tidak menemukan anak itu disana, seperti biasa, keramaian akan perahu-perahu nelayan yang hilir mudik dan pembeli-pembeli yang menanti hasil tangkapan di dermaga itu,aku tidak melihat anak itu,mungkin dia berpindah ke posisi lain , tetapi setelah aku mengitari sepanjang dermaga itu,aku tetap saja tidak menemukannya . Sekelebat, muncul semacam perasaan kesedihan dari diriku, entah kenapa dan susah untuk menjelaskan,tetapi ya semacam perasaan kehilangan. Aku melihat beberapa nelayan yang siap melaut dengan membawa berbagai bekal kebutuhan di laut,tampak seseorang nelayan yang baru melabuhkan jangkarnya dan menambatkan tali perahunya ke dermaga tersenyum menyapa,aku membalas dengan sebuah senyuman juga,aku bertanya keberadaan anak itu kepada salah satu nelayan yang tersenyum tadi.

Dia bercerita "anak itu yatim piatu,pak,kedua orang tuanya telah meninggal,awalnya ayahnya meninggal duluan karena sebuah penyakit,menjelang beberapa tahun kemudian ibunya juga meninggal ,kepergian ibunya itulah meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi anak itu, karena kepergian Ibunya yang begitu tiba-tiba dan dadakan membuatnya begitu sedih dan terpukul,mereka sangat dekat dan akrab satu sama lain,setelah kepergian Ibunya,dia sering duduk di dermaga ini memandang senja.”cerita si nelayan 

Aku hanya menjawab “oh”.

Terus nelayan itu melanjutkan

“Suatu hari saat pulang melaut,aku memanggilnya”lanjut si nelayan

“nak udah sore menjelang maghrib,pulang sana,apa yang kamu tunggu di sini?”

“aku melihat ayah dan ibuku di sana,”sambil menunjukkan jemarinya ke arah awan-awan senja sana.Dia bercerita bahwa ia melihat kedua orangtuanya berkumpul di balik awan-awan senja itu,jadi setiap dia teringat akan kedua orang tuanya,dia akan datang ke dermaga itu dan menunggu hingga senja itu tiba dalam diam seakan dia menatap kedua orang tuanya di balik awan-awan megah di balik senja.”cerita si nelayan

Kembali lagi aku hanya menjawab “oh”

Lalu nelayan itu berpamitan dengan ku karena buru-buru ingin membawa hasil tangkapannya kepada pembeli yang telah menunggu di pasar dermaga depan.Itulah yang aku tahu tentang anak itu, seorang anak yang selalu duduk diam menunggu senja di dermaga,namun sore itu aku tidak menemukannya lagi.

Komentar

Postingan Populer