Aku merindumu, Ibu.

AKU MERINDUMU, IBU

SUNGGUH

KEBERADAAN MU TAK TERPISAHKAN

WALAU RAGAMU TELAH LENYAP 

HAMPIR DUA TAHUN, IBU

KEBERADAANMU MASIH MENGISI SETIAP PIKIRAN KU, SETIAP IMAJINASIKU, SETIAP ANGAN-ANGANKU

APA YANG SEHARUSNYA AKU LAKUKAN BERSAMAMU

KEBIASAANMU, MASIH TERBAYANGI DALAM SETIAP DETAK WAKTU, DALAM SETIAP SUDUT RUANG

KEHILANGANMU, BAGAIKAN SEBUAH TSUNAMI DALAM HIDUPKU

TIDAK SAJA KAMU YANG TERENGGUT PERGI 

TAPI, SATU PELITA JIWA ITU IKUT TERBAWA

HINGGA KINI, RUMAHKU REDUP REDAM

TANPA SEUTAS CAHAYA ITU

DUKAKU, TERUS KU BAWA 

WALAU TERSEMBUNYI DIBALIK SEBUAH SENYUM

TANPA ADA YANG TAHU

TANPA JUGA ADA YANG TANYA

RINDUKU, TAK AKAN TEROBATI

TAK AKAN TERGENAPI

SELAMANYA IA HANYA MENGAMBANG

MELAYANG-LAYANG, MENGADUK RASA

DALAM KESUNYIAN PERIH