langit yang masih selalu biru



Bukankah langit masih selalu biru
Pohon pohon masih selalu hijau
Mentari terbit terbenam pada waktunya
Walau,berapa sudah orang yang datang dan pergi
Walau,berapa sudah kisah kisah yang telah berakhir
Kisah tentang manusia manusia yang pernah ada
Kisah tentang diriku,dirimu,dirinya.

Bukankah laut masih selalu biru
Bukankah gunung gunung masih berdiri kokoh
Batu batu besar tetap mengukir di garis pantai
Walau,berapa sudah kenangan kenangan terbawa
Oleh,siang malam yang berlalu
Oleh,terbit terbenamnya sang surya
Oleh,senja senja yang berakhir di ufuk barat
Kenangan itu,tentang diriku,dirimu,dirinya.

Langit tetap biru,tetap biru
Laut tetap biru,tetap biru
Selamanya tak pernah berubah
Hanya diriku,dirimu,dirinya
Kita semua telah berubah
Bersama pusaran waktu yang berjalan

Didepan rumah saya ada sebatang pohon cempedak yang tua,beberapa meter dari situ ada sebuah pohon binjai yang sangat besar,kedua pohon itu telah melewati usia ratusan tahun.Menjadi saksi sebuah revolusi manusia,saksi akan perubahan,saksi kenangan dari kakek,nenek,saksi masa masa kecil kedua orang tua saya,lalu kini telah menjadi saksi kenangan masa kecilku.Saksi mereka yang datang dan pergi dari dunia ini.Hari ini kedua pohon itu tetap berdiri kokoh dengan segala saksi sejarahnya,tiada yang banyak berubah,selain benalu yang kini memenuhi batang dan ranting rantingnya.
Dulu,waktu kecil ayah selalu membawa saya main ke pantai.Disebuah pantai yang kerap kami kunjungi ada sebuah batu granit raksasa,besarnya seukuran lapangan basket,kami suka duduk diatasnya,dalam ketinggiannya memandang hamparan pasir putih,deruan ombak yang menerjang,cakrawala langit yang luas,tidak lupa ayah sering memainkan tiupan seluringnya di atas batu itu.Kini batu itu tetap berdiri kokoh,mencatat kenangan yang pernah ada,beratus-ratus kisah cinta pasangan yang berpacaran diatas batu itu,saksi bisu sumpah setia,tawa,canda,tangis,saksi kenangan masa kecilku dengan ayah.Semuanya kini telah berubah,ayah sudah semakin tua,saya yang sudah dewasa,mereka-mereka yang sudah berkeluarga,beranak pinak,mempunyai cucu,batu itu kini tetap berdiri kokoh sampai langit ini runtuh,sampai laut mengering.Inilah maksud dari puisi yang saya tuliskan diatas.kita semua tlah berubah.mereka saksi perubahan kita.

Komentar

Poppus mengatakan…
Hai mung. Terimakasih sudah mampir. Pernah gak kembali lagi ke tempat yang menjadi titik nol? Di masa lalu, kita berangkat menjadi orang yang berbeda, dari tempat itu. Kemudian ketika kini kita sudah terbentuk sedemikian rupa, kita ingin kembali menginjak tempat itu, dan merasakan emosi yang timbul. It feels so releave

Postingan Populer