Catatan Seorang Demonstran,Soe Hok Gie


Disadurkan dari buku dengan judul catatan seorang demontran,soe hok gie,karena bagian yang ini menurutku sangat menarik sekali untuk di baca,mengambarkan sisi kritis gie dalam menilai dan memaparkan rasa-rasa yang ada dalam pikiran dan hatinya,sisi melankolisnya,baik, cinta maupun rasa berontaknya .

Sejak masih sangat muda ketika berumur empat belas tahun dia sudah berfisafat tentang cinta.ketika menginjak usia tujuh belas tahun dia hampir-hampir secara tandas mengambil kesimpulan,entah dari mana penalarannya,bahwa cinta itu tidak ada,atau untuk lebih jelas cinta dalam perkawinan itu tidak ada,yang ada hanya nafsu kelamin belaka yang dibumbui cinta manis,karena itu indah”cinta murni lebih baik masuk keranjang sampah”
Kemudian ketika umurnya makin meningkat menjadis sembilas tahun,kesimpulan yang sama diberikannya pula dnegan ketandasan baru dan kontan”cinta=nafsu”titik,namun itu hanya berlangsung sebentar saja,karena lama-lama dia juga menjadi sangsi.

aku kira ada yang disebut cinta yang suci,tapi itu cemar bila kawin.aku pun telah merasa pernah jatuh simpati dengan orang-orang tertentu,dan aku yaki itu bukan nafsu”

Mungkin semuanya itu bukan bohong,sampai akhir hidupnya sekurang-kurangnya tiga nama yang senantiasa disebut-sebutnya dan senantiasa dikatakannya hubungannya dengan mereka bukan sekadar hubungan biasa.Dia pernah begitu romantisnya mengenang masa kanak-kanaknya ketika dia menghayal menjadi anak Tuhan,ketika dia merasa dia menjadi semakin pesimis terhadap hidup,maka dia semakin romantic terhadap pengalaman religiusnya.
kalau aku ingat akan pesimismenya aku sekarang,betapa senangnya kalau aku ingat dulu ketika aku menghayalkan aku adalah anak Tuhan”
Tetapi pesimismenya tidak selalu berhasil memancing romantisme,lebih sering pesimismenya membakar semangat berontaknya.Nasib buruk pada manusia,peperangan,sengsara,penipuan adalah manifestasi kebudayaan manusia,maka semuanya mengelitik semangat anarkis dalam dirinya yang menyebabkan dia berseru:
“Kalau begini alternative satu-satunya mengapa kita tidak akhiri saja peradaban kita ini?kalau Tuhan itu ada dan ia makluk yang aktif maka aku kutuki Tuhan.Ia bagai raja yang mahakuasa,lalu Dia cipta manusia-manusia,semuanya ini dan kalutlah semuanya.Dia seolah olah Cuma bergurau dan iseng-iseng…Aku pokoknya menolak semua agama yang membebek,bagiku Tuhan adalah kebenaran”

Karena itu dis berbalik untuk mencarinya dalam yang konkret.Yang disebut “kau”dicarinya dalam kehidupan pribadinya di dalam kelompok-kelompok intimnya,kalau perlu seorang sahabat perempuan yang terikat didalam”yang disebut cinta yang suci”.Dia menyebut satu dua nama dan hampir semua nama itudi dalam ceritanya sendiri tidak pernah memberikan jawaban “ya….”kepada soe hok gie.Tetapi dalam hal ini pun dia sendiri terombang ambing.seperti di pinpong kesana kemari antara adanya cinta atau tiadanya cinta dia juga di pingpong antara sikap platoniknya dalam bercinta yaitu menempatkan dan merindukan cinta dilangit atau menarik cinta itu turun dan dipertemukan dalam tubuh seorang lelaki dan seorang perempuan.Ketika dia mengejar semuanya menolak,ketika dia diam semua seperti
Kupu-kupu bergelantungan di bibir lampu malam hari.karena itu bisa kita pahami bagaimana pada 1 april 1969 ketika dia mabuk asmara bukan karena bertemu tapi karena ditinggalkan cinta,dia mengumandangkan sebuah Tanya:
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu…
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika ku dekap kau
(ketika)

Apakah kau masih akan berkata


Kita hanya menduga apa yang diharapkan hok gie dikatakan oleh kekasihnya.Hanya dia yang tahu.tetapi mungkin yang diharapkan sepatah kata cinta.Namun dari satu orang ke orang lainnya dia hanya mencatat didalam catatan hariannya bahwa yang dia hadapi bukan cinta seorang gadis yang dia idam-idamkan tetapi dia bertabrakan dengan ‘cinta’sang ayah si perempuan.’cinta’sang ibu perempuan yang
Seirama dan dalam satu nada saja berkata”soe baik tetapi tidak untuk keluarga kita”,dan dalam keadaan begitu dia memperbandingkan dirinya dengan nasib para prajurit yang juga di prasangkai oleh banyak orang.Mereka dipuja puja,diciumi dijalan sebagai tentara pembebas,tapi kalau ada putrinya yang ingin kawin dengan tentara,semuanya berkata nanti dulu.Dia selalu sadar bahwa dia selalu ditolak oleh orang-orang disekitarnya.kalau bukan mereka sendiri yang mengucapkan kata-kata itu,maka Hok gie akan mengutip kata-kata gadis-gadisnya sendiri yang meminjam kata-kata itu dari oaring tuanya,dari tante-tantenya dan dari entah siapa lagi tetapi dengan bunyi yang sama”semuanya memberikan lampu merah(lebih-lebih neneknya)terhadap hubungan kita dahulu.”dengan alas an bangsa lain,agama lain dan seterusnya.

Dia mengatakan bahwa yang kelihatan seperti cinta di kalangan orang tua sebenarnya bukan cinta tetapi cinta kepada diri mereka sendiri dnegan semangat posesif mereka terhadap anak-anaknya.kadang-kadang dia marah kepada diri sendiri mengapa dia harus mempedulikan semua “manusia tikus” semacam itu,karena itu pula dia menulis:

Manisku,aku akan jalan terus
Membawa kenangan-kenangan dan harapan harapan
Bersama hidup yang begitu biru.

Hampir semua kenangan percintaannya diakhiri dengan kenyataan itu.perbandingannya dengan prajurit
Itu mungkin benar dan dengan kesal karena selalu ditolak dia menulis:

Mereka orang-orang’tikus’ini,senang pada saya karena saya berani,jujur dan berkepribadian,but not more than that.Pada saat mereka sadar bahwa saya ingin menjadi in group mereka,mereka menolak.

Dengan demikian kita lihat bahwa dalam lingkungan besar dia ditolak,dalam lingkungan kecil yang bisa diberi nama”the intimate other”nya Soe hok gie,dia juga ditolak.Semuanya yang disangkanya mencintainya dan dicintainya ternyata hanya hanyut dalam kehampaan.Semakin dia memburu cinta itu semakin jauh larinya dan satu-satu hanyut dari jangkauannya,karena itu dalam rasa putus asa dia sendiri
Berdendang dimabuk kerinduan dalam kehampaan:

Aku ingin mati disisimu,manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu
Mari sini sayangku
Kalian yang pernah mesra,yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langitluas atau awan yang mendung
Kita tidak pernah menanamkan apa-apa,kita takkan pernah kehilangan apa-apa


Ternyata yang disapa dengan “manisku”tak seorang pun datang.

Komentar

Postingan Populer