Kopi,Jazz dan Senja

Bila segelas kopi bisa di ajak bicara mungkin sudah sangat banyak yang telah kita bicarakan menggantikan mereka-mereka yang singgah sejenak,berlalu-lalang di depan,dan datang dan pergi.Jangan tertawakan akan segelas kopi yang saya pesan,karena di saat tertentu dia lebih dekat dari siapapun,bahkan teman baik sekali pun.walau hanya segelas kopi yang tidak seberapa bernilai,tetapi dia selalu menemani saya di saat semuanya malah pergi ,walau hanya sekedar pelengkap dan tidak lebih dari itu.

Bersama segelas kopi,kami bicara tentang kesepian,kegalauan rasa,kejenuhan hari,keironisan hidup ini,dan selalu terselip sepotong kata cinta,walau tidak selalu harus terucap keluar lewat sebuah kata,di sini saya,kopi dan cinta semuanya berbicara lewat bahasa hening.Satu hal lagi yang membuat saya merasa dekat,saya tidak menyandu untuk segelas kopi,saya tidak terikat dan membuat perasaanku menjadi ketergantungan dengan dia.Sangat berbeda dengan cinta yang kebanyakan membuat saya terikat dan akhirnya terjerat,masuk dalam pusarannya sampai terkadang diputar sampai terhuyung-huyung seperti seorang yang bodoh.Itulah saya dan kopi,disaat saya membutuhkan dan dia hadir,tapi diantara kami tidak ada keterikatan,aku memilihnya karena dia yang paling tepat bagiku untuk pengisi sebuah suasana kekosongan.Di situ,saya,kopi dan jazz,karena tempat dimana saya merebahkan diri sejenak itu selalu memutarkan music jazz,dan senja,oh ya saya hampir lupa,biasanya selalu ada senja di situ,karena biasanya kami berkumpul di saat senja masih menampilkan sisa-sisa dirinya sebelum malam mulai menggantikannya.Senja yang melankolis dan malam yang rawan,hadirkan musik yang cukup syandu namun terasa kelam,dan sedikit terasa kosong.Dan sekali lagi,di saat semuanya terasa begitu kosong,dan segelas kopi itu tidak memabukkan,sangat beda bila seorang memilih sebotol anggur sebagai teman,tentunya akhirnya dia hanya dibuat mabuk oleh sebotol anggur itu.Apalah indahnya bila harusnya sebagai teman,akhirnya malah harus tunduk untuk sebotol minuman.Bukankah dengan membiarkan diri kita mabuk,rasanya kita yang lebih tidak berharga dari pada sebotol minuman itu.kita boleh mabuk oleh sebuah perasaan atas dasar karena cinta,tapi itu semua bukan karena kita memilihnya,tapi datang begitu saja,lain dengan sebotol anggur yang dengan jelas kita tahu bahwa itu memabukkan,toh kita masih memilihnya.Kita ini memang kadang bersikap pengecut sekali,disaat kita merasa tidak bisa lari keluar dari realitan yang membelenggu kita,kita memilih melarikan diri sejenak dalam dunia fantasi akan kehilangan kesadaran oleh alcohol,walau kita tahu seperti ectasy yang hanya membawa kita terbang tinggi sejenak,tetapi saat dimana kita sadar percaya bahwa kesakitan itu lebih dashyat di banding sebelumnya,karena kenyataan seperti berputar,namun tidak pergi hanya berputar dan kembali ke titik dimana kita memulainya.

Aku,segelas kopi,beberapa irama music jazz,dan senja,alih-alih aku memilih untuk tertidur dalam dunia awang-awang fantasi kemabukan,aku memilih menceritakan dalam satu cerita yang indah,dan orang bisa menikmatinya,seperti jazz,seperti blues,orang menikmati setiap pekikan yang di nyanyikan si penyanyi itu.


Komentar

Postingan Populer