Memandang Malam



Malam yang bertabur bintang,aku di sini,tepatnya menyepi.Angin dari tadi terus berdesir,meraung-raung,tirai jendela berkibar-kibar tanpa henti.Kakiku berpijak puluhan meter jauh diatas bumi,pada sebuah gedung menjulang tinggi,sebuah flat tempat aku lewati malam.
Ku tuangkan segelas jhonnie walker ke dalam gelas,lalu menenguk sedikit lalu kembali lemparkan pandang yang kosong pada kelap-kelip cahaya lampu di bawah,dan hilik mudik kendaraan yang melintas pada sebuah jembatan layang yang ada di depanku,aku mungkin akan mati,entah besok atau nanti,tapi kota ini tidak akan pernah mati,tidak dalam sejam,tetapi siang dan malam seperti sebuah kota tanpa pernah tidur,selalu hidup.Jutaan lampu yang berpijar di bawahku seperti cahaya kunang-kunang yang betebaran,selalu ada dan selalu sama.Kalau kunang-kunang hidup bisa terbang,tapi kunang-kunang di depanku tidak akan pernah terbang,hanya berkelap kelip seperti bintang.Kalau ribuan kunang-kunang hanya punya satu kisah yaitu kisah kunang-kunang itu sendiri,ini setiap lampu mewakili satu kisah yang tak pernah diungkap dan terungkap,hanya si pemilik lampu yang tahu dibalik semua kisah.

Ku tuangkan lagi jhonnie walker ke gelas kosong,lalu ku teguk beberapa tegukan,kini aku memalingkan muka,memandang ke belakang,ke ruangan terang tempat aku bersarang,aku merasakan kekosongan besar,tanpa ada kehidupan rasanya,sunyi,sebuah kipas angin memutar mutar,tirai berkibar-kibar,televisi menyala dan menayangkan sebuah film yang tidak pernah membuatku tertarik sejak tadi,dan beberapa gelas kosong yang belum ku cuci tergeletak begitu saja ,adakah ada kehidupan di situ,rasanya membatin sendiri dalam hati.kembali ku lemparkan pandang ke depan,jutaan bintang bersorak sorai seakan mereka memanggilku,mengajak bergabung menyanyi bersama ,aku ingin sekali pergi,tetapi bagaimana caranya,bila ku pergi,aku takut tidak bisa kembali lagi,apakah harus berakhir begitu saja?

Aku terbangun,gelas dan sebotol jhonnie walker kosong bergelindingan di depanku,waktu yang telah menunjukkan malam yang tidak lagi larut,malah sebentar lagi mengganti fajar,kini dengan sadarku,langit di atas hitam pekat,kosong belaka tiada satu pun bintang yang berkedip,dalam benakku merasa semua hanya mabuk belaka saat tadi melihat jutaan bintang berkilau ,mobil yang masih sekali-kali berlalu lalang di bawah,kemana mereka pergi di saat seperti ini,mungkin baru pulang,pesta baru usai,bar-bar baru tutup,menyisakan sisa mabuk,dan bau farfum di kerah baju,mungkin satu dua tanda noda merah bekas gincu bibir.Itulah Jakarta,kota yang tak pernah mati,walau orang-orangnya silih berganti hidup dan mati.

Handphoneku tiba-tiba berbunyi,lagu “When love and hate collide”tiba-tiba berputar,ku biarkan lagunya terus mengalun,sampai beberapa detik lamanya baru menekan sebuah tombol accept call,terdengar suara sayup mayup di luar sana….

“kamu dimana,aku kangen……”

Komentar

Postingan Populer