Siapakah Aku, Mungdiary - chapter 2.

Dari dulu,aku suka menanyakan pertanyaan ini kepada diriku, siapakah aku, aku selalu membayangkan diantara 6 miliar manusia ini, aku diantaranya dan menjadi diriku, ditunjuk dan dipilih oleh pencipta aku untuk memerankan menjadi diriku sebagai satu sosok identitas. Kita, bagian dari makhluk di dunia ini, tidak punya kontrol atas sebuah kelahiran dan kematian, kita tidak bisa memilih kapan dan dimana kita akan di lahirkan dan sebagai apa kita akan dilahirkan, ada satu kuasa penuh diluar jangkauan kita, kita tentu bukan seperti sebuah motor yang di ciptakan oleh manusia, bagian-bagian motor itu mempunyai asal usul yang jelas hingga semuanya di rakit dan dipadukan menjadi sebuah motor yang berfungsi dengan baik, dan bila sebuah motor itu bisa bicara dan dia bertanya siapakah aku, maka kamu dengan mudah bisa menjelaskan setiap asal usulnya, kamu bisa dengan mudah menjelaskan bagian-bagian dari tubuh fisiknya hingga menciptakan siapa dia sekarang, tapi manusia bukan seperti itu, mungkin benar, kita ada yang menciptakan, kekuasaan diluar jangkauan kita. Satu hal yang pasti, disaat kita mendapatkan diri kita telah berada di dunia ini,secara kesadaran, kita juga harus rela menyerahkan semua kekuasaan dimana pada suatu saat, waktu yang kita tidak akan tahu, bahwa kita akan mengembalikan semua kehidupan ini kepada nya.Ada kelahiran disitu ada kematian, sebuah hukum absolut.
Aku tidak akan pernah tahu siapakah diriku, dari mana asal usulku dan tujuan aku ada, kenapa aku disini, siapa kedua orang tuaku, pertanyaan seperti itu tidak akan bisa dijawab karena kembali seperti yang aku katakan, hal hal seperti itu, diluar kuasa kita sebagai seorang manusia kecil.
Aku mendapatkan diriku lahir disini, di sebuah kampung kecil, aku mendapatkan kehidupan aku sebagai anak desa, anak dari sepasang keluarga pekebun, kedua orang tuaku membanting tulang demi perubahan ekonomi keluarga kami, ibu setiap hari pergi membantu ayah diperkebunan.Ibuku seorang ibu yang sangat kuat, ia bisa mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh laki-laki, ia mencari kayu bakar, ia menebang kayu, ia mengurus perkebunan disaat ayah mempunyai masalah kesehatan yang buruk. Di masa kecil, aku selalu teringat wajah ibu yang bekerja begitu keras, karena kehidupan kami bukanlah kehidupan yang berkecukupan, kami termasuk keluarga yang miskin, yang membuat masing-masing dari kami harus bekerja keras, aku tahu, kita tidak bisa memilih nasib, tapi disaat kita menerima kenyataan, kita harus tabah menjalankannya. Mungkin ibuku bisa saja menjadi seperti seorang nyonya besar, yang tidak perlu bekerja, yang berkecukupan, yang selalu menghabiskan waktunya merawat tubuhnya, merawat rambutnya dan bila ada waktu akan kumpul bersama teman-teman selevelan nya, tapi, takdir menjadikan seseorang itu diluar keinginan kita semua. Sampai saat ini aku masih sering membayangkan wajah ibu yang berpeluh keringat dengan baju kotornya, melakukan segala macam pekerjaan di kebun, pernah suatu hari, kaki Ibu terluka terkena cangkul, darah segar mengucur, perasaan ku ingin menangis, dalam hati ini aku berjanji suatu hari ingin memberikan yang terbaik kepada ibu, aku ingin mengubah kehidupan kami. Masa kecilku, boleh dikatakan dilewatkan dengan perasaan yang tidak sebahagia dengan teman-teman aku yang lain, karena ayahku, kesehatannya tidak begitu bagus, kami harus akrab dengan rumah sakit, dengan kondisi ekonomi yang susah, puluhan kali kami harus masuk keluar rumah sakit, dan menghabiskan semua uang jerih payah yang selama ini kami kerjakan, ibuku selalu merenung, kadang aku merasakan ia menangis tapi ia berusaha tegar diluar merawat ayah, menjaga ayah. Ayahku,seorang ayah yang baik. Seorang ayah yang mengajarkan anak dengan cara pandang yang berbeda, ia tidak pernah marah kepadaku, tidak pernah berbicara keras terhadap ku, ia selalu mengajarkan aku dengan memakai cerita, ayah seorang kutu buku, untuk seorang yang tidak bersekolah tinggi, dan pekerja kebun, sangat jarang sekali ada orang seperti ayah yang begitu menyukai membaca, memahami kaligrafi china, dan penyuka sastra, dan memahami cerita china klasik yang begitu dalam, filsafat china, seorang melankolis, yang kini darah melankolisnya telah mengalir didalam diriku, kami menyukai senja, kami tidak menyukai keramaian,kami pengagum senja, kami menyukai keheningan. Waktu aku masih kecil, ayah selalu memboncengi aku dengan sepeda motor butut dia, Honda 700 klasik yang benar-benar dia rawat, sepeda motor yang hanya bisa memindahkan gigi porneling ke gigi 3,dan hanya bisa lari dengan kecepatan maksimal sampai 70km/jam. Ayah selalu memboncengi aku melintasi jarak 40-50km ke pantai, tidak jarang juga ia membawa seruling, ayah sangat mahir memainkan seruling seperti film film silat klasik, ia kadang memainkan alunan melodi di tengah malam yang hening, mungkin suara seruling itu menembus dalam jarak yang sangat jauh, dipantai, duduk diatas batu karang yang besar, ia akan memainkan serulingnya, begitulah ayah.
Dalam sunyi, terpejam bola mata ini, aku bisa mengingat setiap suasana bersama mereka.

Komentar

Light Talg mengatakan…
Mantap bgt kaks!

Kalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih 🙏🙏

Postingan Populer