Kasih Ibu Sepanjang Masa

Cakrawala selamanya biru dan begitu juga dengan bumi. Akan tetap bertahan dan mekar di musim semi. Tetapi,hai manusia,seberapa lama kalian akan terus hidup?" 
- Li Tai Po/Hans Bethge/Gustav Mahler - 

 Seekor gajah mati meninggalkan gading,seorang manusia meninggal meninggalkan cinta dan kenangan.Disaat saya menulis ini,mama telah pergi,mama telah berpulang ke pangkuan Tuhan,Tuhan telah mengakhiri perjodohan kami,biarpun seberapa banyak tangisan yang telah saya tangiskan,mama tidak akan pernah kembali lagi,walau dengan rasa sakit yang berat,saya harus menerimanya,bagaimanapun hidup terus berjalan.Namun,perasaan sakit masih tergiang terus didalam dada,tanpa pernah menyangka sekalipun perpisahan saya dengan mama harus dengan yang begitu sedih,Jalan Tuhan harus memilih sebuah jalan perpisahan yang begitu sakit untuk saya dan mama. Saya berani mengatakan,prioritas hidup saya nomor satu adalah mama,di dalam benak saya yang saya tahu hanya bagaimana membahagiakan mama,selalu menemaninya dikala ada waktu kebersamaan,selalu berusaha yang terbaik untuk mama,segala pergorbanan yang saya korbankan untuk mama selalu merasa tidak seberapa dengan apa yang telah ia korbankan untukku,saya selalu merasa berhutang budi pada mama,menatap mukanya yang tua dengan raut wajah keriput,terlihat sisa-sisa pergorbanan beliau masih begitu kentala tersirat dalam garis garis keriput wajah dan tubuhnya.Satu-satunya yang saya cemaskan juga mama,saya bahkan tidak begitu mempedulikan dengan diri saya,ya sedikit egois,yang saya pedulikan hanya mama,sebaliknya yang ia cemaskan dan pedulikaan juga saya seorang,walaupun kami mempunyai dua bersaudara,namun apa yang saya korbankan dan lakukan untuk mama bisa mencerminkan bagaimana dan seberapa dalamnya cinta saya kepada mama,mama juga merasakan seberapa beruntungnya ia karena melahirkan saya,seorang anak yang hampir tidak di lahirkan di keluarga ini karena itu tidak menjadi bagian dari rencana papa,rahasia yang mama simpan bertahun tahun akhhirnya dengan berlinang air mata ia menceritakan kepadaku.Dalam doa setiap malam yang saya panjatkan,barisan kalimat pertama yang saya ucapkan dalam doa adalah mama,meminta perlindungan untuk mama,menyembuhkan mama,memberikan kekuatan kepada mama. Sebenarnya,selama ini saya begitu takut,karena saya selalu mempunyai perasaan bahwa saya bisa kehilangan mama setiap saat dalam waktu yang sudah tidak lama lagi,sebenarnya saya selalu merasakan kesempatan saya bersama dengan mama tidak akan panjang,tetapi saya berusaha menipiskan pikiran itu walau perasaan itu terus hidup didalam perasaanku,itulah yang membuat saya begitu cemas bila mama sakit,karena saya tahu,kesehatan mama itu tidak seperti bibi bibi saya lainnya,dalam tubuh mama yang saya liat penuh dengan kerentanan dan keremukan akibat pergorbanan dan perjuangan berat dalam membantu papa sepanjang usianya,membanting tulang melakukan semua pekerjaan berat bersama dengan papa untuk menopang kehidupan kami,betapa banyak kenangan pahit saya bersama papa dan mama dalam menjalani segala rintangan berat secara ekonomi dan musibah yang terus menerus datang menghampiri kami,makanya saya di besarkan dengan jiwa yang tegar dan kuat karena semua cobaan yang kami hadapi membuat saya masih ada hari ini. Manusia boleh berharap,mempunyai rencana dan doa pengharapan,tapi diluar semua itu,Tuhanlah yang berkehendak,Tuhanlah yang menentukan segala garis kehidupan kita,segala pertemuan dan perpisahkan kita.Mungkin,saya akan teringat sampai saya pikun,sampai saya meninggal suatu hari nanti,tanggal 30 maret 2018,sore yang cerah di saat saya menelpon mama,kami berbincang panjang lebar,diantara perbincangan kami sebenarnya terselip rasa kegilangan karena beberapa hari kemudian saya sudah akan pulang untuk bertemu dengan mama,tidak ada firasat apapun yang saya rasakan,mendengar suara mama yang begitu semangat membuat saya rasanya begitu tenang,merasakan perasaan yang begitu exciting,mama yang akan selalu menanti kepulangan anaknya .jam 12 malam disaat saya sedang mandi,ada suara telp,disaat saya keluar mau mengangkatnya,terlihat mama yang telp,saya sudah cemas,saya mempunyai perasaan yang tidak enak karena di malam yang begitu larut mama telp,ternyata benar,mama merasakan nafasnya berat dan dia meminta ku pulang,seperti di sambar petir,sebuah perasaan maha dashyat yang tidak enak,bagaikan sebuah gelombang besar dating menggulungku,membawaku masuk ke dalam lautan,saya juga bisa merasakan ketakutan mama di nada suara itu akan sangat berharap anaknya yang menemaninya di kala itu,tercium rasa ketakutan mama akan apakah ia masih mempunyai kesempatan untuk melihat saya,karena merasa begitu dipacu bersama waktu,sementara saya berada tidak di sampingnya,di seberang lautan sana,dengan rasa panic saya membeli tiket pesawat pagi untuk keesokan harinya,malam itu ombak mengulungku terus sampai saya tidak bisa lagi naik ke permukaaan,dunia saya sudah hampir miring walau belum terbalik,sayaa telp mama lagi,ia mengatakan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit dan sekali lagi memintaku untuk pulang,”kamu pulang liat mama”,ucapan ia sampai hari in terus berdengung di telinga saya.Jam 2 pagi,saya mendapatkan kabar mama drop,jam 3 mendapatkan kabar mama sudah tidak dalam posisi sadar,terasa waktu begitu berjalan lambat dan gelombang besar datang bertubi-tubi mengulungku hingga saya tidak bisa lagi mampu berenang naik ke permukaan,saat fajar,kami segera ke airport,dalam benak masih tersimpan harapan,pulang bisa melihat mama dan membawa mama berobat ke Jakarta,masih di ruang tunggu airport,sebuah panggilan masuk dari hp mama,sepupu yang menjaga mama mengatakan kepadaku”men,mamamu sudah tiada”Waktu terasa berhenti,benar-benar berhenti walau manusia di depan saya berlalu lalang,seorang anak yang begitu dekat dengan mama dalam keseharian,disaat-saast terakhir malah tidak bisa menemaninya,selalu terbayang mama yang sendirian di rumah sakit,berjuang dalam kekritisan tetapi tidak ada seoarang anaknya yang dia tunggu dan harap,sampai detik detik terakhir hingga ia menutup mata selamanya,sebuah jalan perpisahan yang begitu sakit yang Tuhan pilihkan kepada kami. Mama telah tiada,kenangannya bersama saya masih terus hidup setiap saat didalam memori ingatan yang saya putar berulang ulang setiap hari,tetapi walau mau seberapa sering saya memutar ingatan itu,tetap tidak bisa lagi melihatmu,merasakanmu,kebiasaanmu masih bisa melekat dalam keseharianku,kamu yang selalu merawatku,kamu yang selalu menungguku larut dikala saya belum pulang ke rumah,Mama,selamat jalan hingga suatu saat kita akan bertemu lagi mama. note:tidak menyangka,sekarang saya merasakan posisi sebagai seorang anak yatim piatu:(

Komentar

Postingan Populer