Curhat Kepada Tuhan



Tuhan,ijinkan aku,hambamu ini untuk berkeluh-kesah kepadaMU.
"Tuhan,aku sekarat.Adakah Engkau melihatnya,adakah engkau mendengarnya,setiap gejolak suara hatiku yang bergeming,meringis sedih di dalamnya,yang tak pernah tersampaikan dan menyampaikan,kepada siapa pun juga,manusia yang lain tidak pernah bisa mendengar suara hati,walaupun mereka mengatakan bahwa mereka mendengar dan memahami,tapi aku tidak percaya,Tuhan,bahwa mereka bisa merasakan dan bisa memahaminya. Bagaimana mereka bisa merasakan sesuatu yang ada di dalam ragaku,sedangkan jiwaku bernaung dalam ragaku,dan rasaku hidup dalam jiwaku,bukan hidup dalam jiwa mereka. Itulah kenapa aku tetap membiarkannya diam di dalam,bergejolak,bergemuruh laksana lintar,mengeledek.Tapi,aku sekarat Tuhan,dimana energi yang terus membakar nyala jiwaku,semakin hari semakin redup dan Cinta yang sebagai bahan bakarnya,semakin hari semakin terkikis,Tuhan.Ibarat Bintang yang selalu bercahaya karena ada energi yang membakarnya,tetapi banyak bintang yang juga meredup sejalan dengan energinya yang semakin habis,apakah aku akan seperti bintang itu?Tiada makhluk bernyawa di muka bumi ini yang masih bisa aku bertanya,Tuhan,selain Dirimu seorang saja.

Aku bagaikan seorang bocah yang tersesat dalam rimba keramaian,kemana aku harus bertanya,bila aku sendiri tidak tahu dimana aku berada dan akan kembali ke mana aku berada.Aku berjalan dengan kelinglungan,dengan banyak tanya bergeming di hati,kapan,siapakah,bagaimana,akankah,kemanakah.Tuhan,adakah Engkau mendengar rintihanku,ratapanku,hatiku menangis,seperti ratapan tangis seorang wanita tak berdaya di tepi sungai*,yang dikalahkan telak oleh nasib dan takdir,tiada pilihan selain mengikutinya.Aku sungguh binggung,Tuhan.Ada yang bilang hidup ini jalanilah seperti air yang mengalir,menarilah bersamanya,ikuti setiap kelokannya,tetapi banyak yang mengatakan,kita harus selalu melawan arus,bertahan,menyerang balik dan ciptakan perubahan.Dunia ini selalu ada baik dan buruk, gelap dan terang,pro dan kontra,terkadang mana yang baik dan tidak baik,semuanya begitu rancu.Di dalam terang juga ada yang gelap,dan di dalam gelap juga ada yang terang,di dalam terang juga ada yang buruk dan di dalam gelap juga ada yang baik.Aku merasa,tidak semua yang benar itu benar dan salah itu salah. Baik mengikuti air atau melawan arus semua ada benar dan salahnya.Tuhan,benarkah garis kehidupan ini di tentukan olehMu?bila benar,adakah itu bisa berubah atau semua yang telah Engkau gariskan tidak akan berubah lagi dan kita,manusia berjalan dalam satu garis yang telah Engkau atur.

Tuhan,aku tahu hanya kepadaMu lah aku berpaling,seperti apa yang di tuliskan oleh Chairil Anwar dengan puisinya yang terkenal itu,mungkin aku harus mengingatnya,dan mungkin aku juga harus mengkutipkannya kembali,

"Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling "


Mungkin chairil juga merasakan semua perasaan yang sama,karena itulah ia menuliskannya dalam satu puisi yang mengenangnya selamanya dalam bentuk judul"DOA".
Seperti Chairil bilang,"aku mengembala di negara asing",asingkah dunia ini,Tuhan.Bukankah banyak yang aku kenal,aku kenal kedua orang tuaku,aku kenal dengan semua teman-temanku,kadang aku bercengkerama dengan mereka,kami tertawa riang,kami berbagi canda,tetapi Tuhanku,kadang dibalik canda tawa yang tersungging dibalik bibir,ada satu ruang kosong yang tertinggal yang tidak bisa mereka jangkau,selamanya kosong di situ.Disaat kekosongan terasa saat dihempaskan oleh angin-angin kesepian,disitulah aku terdiam,menatap,dan bertanya,dan mengingat tidak kepada siapapun aku kan bisa bertanya,aku kembali untuk tidak bisa berpaling kepadaMu,Tuhanku.

Di dunia ini,dunia keterasingan yang ramai,Mereka selalu memasang wajah-wajah yang manis,tersungging tawa dan senyum di bibir,semua begitu indah,awalnya aku begitu merasa senang,Tuhan.Semua terasa begitu hidup,begitu harmoni,begitu indah,mereka menebar senyum itu dimana-mana,awalnya aku begitu percaya,aku berserah,aku mengikuti bak domba yang di arahkan gembala,senyum-senyum itu,Tuhan,akhirnya membuat aku larut dalam buaian,aku terpanah,sampai saat senyum-senyum itu berubah menjadi wajah yang menyeramkan,mencengkerami,dan meremukkanku ketika aku lengah.Begitu mengerikan,aku sekarang menjadi takut dengan senyum-senyum itu,Tuhan.Mereka masih menebarkannya dimana-mana,bagaikan ranjau-ranjau yang ditebarkan serdadu di kala perang dulu,ia bisa tertanam di bawah sebuah jalan yang atasnya penuh dengan sisi-sisi ketenangan dan kedamaian,tetapi bisa membumi-hanguskan siapa saja yang terinjak.Akhirnya kepadaMulah Aku berserah,aku mengadu,semoga kamu mendengarkannya Tuhan,walau aku tidak pernah mendengar Engkau menyahut,tetapi hanya Kepercayaan bahwa Engkau itu ada,aku bertahan.

Tuhan,aku tahu,selama aku hidup,aku membutuhkan Engkau,karena tanpa Engkau,kelelahan itu tidak akan membuat aku mampu bertahan,hidup itu terkadang melelahkan,lelah untuk memahami,lelah untuk dimengerti,lelah untuk mencari,tetapi setiap nafas yang masih engkau berikan,Tidak mungkin aku sia-siakan,pemberian mereka mungkin penuh dengan segala noda tersembunyi,tetapi pemberianMu adalah Suci tanpa noda,itulah"di pintuMu aku mengetuk,aku tidak bisa berpaling".

*ratapan tangis seorang wanita di tepi sungai di kutip dari sebuah judul novel Paulo Cuelho

Komentar

Postingan Populer