Sepotong Catatan Harian Di Kala Sore

       Kemana aku pergi disitu selalu terselip sebuah buku,mungkin dua ataupun kadang tiga,buku selalu ada dimana saja,ada di setiap ransel  yang aku bawa menuju ke tempat kerja,ada di ranjang,ada di tumpukan Koran-koran,terkadang tertinggal di sofa.Harus aku akui,bukulah yang paling setia menemaniku selain musik,mereka selalu ada tanpa jeda,terutama saat kesepian hadir di tengah kegalauan yang tidak mungkin aku hadang,yang tidak mungkin dengan mudah aku lalui.Mungkin aku tidak bisa mengharapkan seseorang untuk hadir atau sekedar bisa menemaniku,tetapi musiklah yang selama ini yang menemani dalam saat-saat kekosongan jiwa yang terasa hadir berkecamuk di setiap saat.
music is total constant.That’s why we have such a strong visceral connection to it,you know?Because a song can take you back instantly to a moment,or a place,or even a person.No matter what else has changed in you or the world,that one song stays the same,just like the moment”. Sebuah kutipan yang sempat aku  kutip dari sebuah sumber di internet tentang music.
      
        Seperti di sore ini,di sebuah kedai kopi,di sekitarku terlihat orang-orang yang mulutnya berkomat-kamit,di depan aku sepasang kekasih duduk dengan memesan latte dan sibuk bercerita dengan sesekali terlihat tertawa-tertawa.Musik mengalun dengan keras,music hip hop yang keras dan gaduh seakan tidak mau kalah dengan suara-suara mereka yang saling bercerita di sekeliling aku,music hip hop yang tidak pernah aku suka,terlalu bergemuruh  dan berisik,seakan mau mengobrak-abrik segala perasaan yang  ingin aku membiarkannya tenang,maka aku sumbat kedua telingaku dengan sepasang earphone ,kini  terciptalah sebuah dunia keheningan di tengah kebisingan,kesunyian di tengah keramaian yang memekakkan telinga,sementara aku membiarkan inajinasiku terbang jauh,jauh meninggalkan segala hiruk pikuk di sekitarku,melepas pergi ke belahan dunia lain,New York.Lewat sebuah buku yang aku beli kemarin”9 summer 10 autumn”sebuah kisah nyata perjuangan yang di tulis oleh Iwan Setywan,beliau bercerita dengan tutur kata yang sangat indah,tentang perjuangan dari anak tidak mampu dari sebuah desa kecil sampai bisa menancapkan hidupnya bersama dengan karir yang bagus di New York City,di dalam ada kisah keluarganya,dan tentunya ada kisah cintanya,kisah cinta yang selalu sama,penuh intrik dan mengantung pilu,perbedaan agama sampai  perpisahan yang begitu saja.Kisah cinta yang sama,kisah cinta tak berujung,pikirku.
  Tiba-tiba sambil menikmati selembar demi selembar buku itu,pikiranku kembali melayang jauh genap beserta dengan perasaan-perasaan melankolis yang tak bisa aku ungkapkan.
percayalah bahwa kamu tidak akan bisa mengerti,bahwa aku juga tidak bisa menerangkannya begitu saja lewat segala ucapan dan perkataan,kata itu begitu terbatas,tetapi suasana hati itu begitu absurd,isinya berupa gumpalan rasa yang tidak menentu,tarik menarik,datang dan pergi .Maafkan aku bila banyak yang tidak bisa aku ceritakan kepadamu,bagaimana perasaanku,bukan tidak mempercayaimu,bila kemudian aku menuliskannya,itulah satu-satunya yang bisa aku utarakan”

  Entah kenapa di sore ini aku merasakan seakan semua ini tidak berarti,kebisingan-kebisingan ini,keramaian ini,segala hiruk pikuk dunia ini,semua manusia yang ada di depanku,semua teman yang aku  panggil teman walau teman dalam konteks hanya say hello,teman-teman virtual yang begitu banyak,bahkan berjumlah ratusan,kadang aku suka menbayangkan bila mereka itu semua nyata,kalau di kumpulkan bisa di jadikan satu batalyon seperti satu batalyon tentara,bila semua nyata,apakah aku kadang masih bisa terjebak dalam satu ruang kesendirian?bukankah mereka semua berjumlah ratusan itu berada dalam gengamanku,berada dalam satu perangkat kecil yang aku bawa kemana-mana.Tetapi mereka semua tidak lebih hanyalah manusia-manusia semu,yang hadir di layar datar tidak lebih besar dari setelapak tangan.Seberapa banyak dari mereka,tidak bisa mengisi satu ruang kecil di hatiku,itulah di sore ini aku merasakan seakan semuanya itu nothing.

“aku merindukanmu”
“aku merindukanmu,seseorang dirimu yang bisa mendengar suaraku,bahkan itu hanyalah suara kesunyian,aku merindukanmu,seseorang yang bisa menangkap satu sosok mataku yang lelah akan semua keapatisan dunia ini.”

   “Dimanakah kamu berada?”

      Dunia ini,datang dan pergi,semua terasa begitu mudah  di lupakan.Seperti di mall ini,dua hari yang lalu aku menjadi saksi seorang yang bunuh diri dengan terjun dari lantai atas dan jatuh tergeletak di atas hamparan karpet di bawah tangga itu,sekarang semua seperti biasa-biasa,pasangan muda mudi bergandengan tangan melewati ,melangkahi tempat dimana seorang ntah karena kenapa dia memilih mengakhiri hidupnya diatas itu,muda mudi yang tampak bahagia berjalan berlalu-lalang,seakan tiada apapun yang terjadi di dua hari yang lalu,siapa yang peduli  bahkan  sesuatu peristiwa yang tragis pernah terjadi hanya dua hari yang lalu.Bagaimanapun,although even have something tragic happening,it’s gonna be forgotten soon.

    Aku tidak pernah dengan mudah melewati hari-hariku,walau waktu terasa cepat berlalu,mengantikan detik-detik,jam-jam,lalu hari berganti,lalu minggu dan bulan berganti,tetapi di situ selalu ada lorong-lorong sepi yang terasa panjang untuk di lewati,kadang terlalu gelap untuk aku susupi,gerak langkah menjadi lamban,akhirnya waktu terasa lambat berjalan.Semua kenangan-kenangan itu seperti menempel bersama dalam lorong-lorong sepi itu,melekat di dalam  dan menarikku untuk memperlambat langkah diantara pusaran waktu yang bergulir cepat.

menulis kembali sebuah kenangan butuh keberanian,karena melankoli yang muncul bisa meledak kapan saja dan susah di hentikan”tulis Iwan Setyawan dalam bukunya.
 Tetapi dari dalam hari kecilku,aku sangat berharap ada seseorang yang mau mendengarkan kenangan-kenangan itu,ada seseorang yang duduk di hadapanku dengan mata berbinar yang hangat sambil berkata”ayo,aku mau mendengar masa lalumu,maukah kamu memceritakan kepadaku?”,karena selama ini banyak yang mengatakan kepadaku bahkan sebelum aku mulai bercerita,mereka berkata tentang itu hanya masa lalu dan masa lalu itu tidak penting,bahkan secara tersirat artinya kamu tidak harus bercerita panjang lebar,orang tidak tertarik untuk mendengarnya.Bila tidak penting kenapa itu di sebut kenangan?
“bagaiamana kamu bisa mengenal siapa diriku bila kamu tidak mau tahu tentang masa laluku?,bagaimana kamu bisa serius untuk mau memahamiku bila kamu tidak mau tahu bagaimana aku sebelumnya?bagaimana aku bisa merasa aman denganmu untuk melangkah ke depan bila kamu bahkan  tidak ingin tahu tentang diriku yang kemarin,bagaimanapun semua kenangan –kenangan itu menjadikan diriku yang sekarang.”Banyak sekali rasanya pertanyaan yang keluar dari dalam hatiku dalam satu jeda kekosongan ini,semuanya muncul karena sebuah proses kontemplasi.

 “Makanya aku merindukanmu,sangat”

Komentar

Postingan Populer