Cerita-Cerita Tentang Senja,Sajak,Musik, Waktu dan Malam Sunyi



Kasihku,bersama malam ku ceritakan kepadamu,lewat tulisan-tulisanku yang tak akan pernah lelah ku menuliskan untukmu,walau aku merasa mungkin kamu tidak akan membacanya atau mungkin kamu tidak pernah membacanya,karena ku mengirimkan hanya kadang atas nama malam,terkadang atas nama senja,tanpa satu pun alamat ku sertai,dan pengantarnya hanya waktu yang selalu mengisi ruang,bukan bapak tukang pos yang biasa mengantar surat dengan sepeda motornya yang tua berwarana kuning orange,atau terkadang ku hanya membisikkan lewat angin yang berhembus,adakah kamu mendengarnya?
Malam yang semakin membawakan manusia kembali ke dunia sunyi,mengantarkan manusia menembus ruang,menjelajahi dalam dunia mimpi atau sekedar mengembalikan mereka kembali ke wujud tenang,walau mungkin banyak yang tetap terjaga bersama dengan hati yang terus bergejolak di dalam,dan butiran demi butiran air mata yang mengalir menetes keluar dalam gelap yang tak seorang pun bisa melihat,maka banyak manusia berani melepaskan topeng wajahnya dan berserah pada malam.
Dalam ketenangannya,ia bisa menjelma menjadi seorang ibu yang menenangkan jiwa,meredakan perasaan yang terus berdesir,menjernihkan pikiran yang keruh dan di keruhkan oleh kehidupan ,itulah aku menyukai malam,waktu dan ruang seakan menyatu bagiku dan jadikan untukku bersandar,bila cukup lelah,ku mengajak musik untuk menemaniku lalu kita menari bersama dengan malam yang menyertakan keheningan,serukan rasa cerita pilumu,rasa bahagiamu,luapkanlah bersama malam.
Aku bukan insomnia,namun aku menjadikan diriku insomnia dan membiarkan untuk terus terjaga melawan kantuk yang seakan terus menerus menggodaku untuk kembali dalam pelukan bantal.
“seandainya pelukan itu adalah kamu,aku akan menutupkan ceritaku disini.”membatinku dalam malam bersama lagu”unforgettable”yang di bawakan oleh Nat King Cole.Andaikan aku sekarang berada di Negara kutub dengan perubahan waktu siang yang pendek dan malam yang panjang,betapa senangnya.
Kasihku,kemarin aku mengirimkan lagi sepotong senja terindah untukmu,bukan sepotong,berpotong-potong dan entah berapa potong,karena aku merasa sayang bila hanya sepotong saja.Aku harus berjalan tiga kilometer menembus hutan yang lebat dengan pohon-pohon tinggi yang terasa mencekam dalam kesunyian dan berjalan kaki selama satu jam,hanya demi potongan senja itu.Aku tahu kamu menyukai senja,makanya aku selalu tanpa mau melepaskan satu kesempatan bila di kasih kesempatan untuk memotong senja itu,dan aku memotong senja dengan penuh siluet-siluet warna untukmu,ada warna ungu tentunya,tentunya aku harus sabar menunggunya hingga petang menjelang,hingga belahan langit lain terasa gelap dan hanya menyisakan belahan dengan sisa –sisa senja yang membentuk warna terindahnya sebelum menghilang bersama garis horizontal laut itu.Namun aku cukup senang,aku telah mengoleksikan banyak senja,dan tiap senja aku selalu berbagi untukmu,lewat tukang pos yang bukan memakai sepeda motor tua berwarna orange itu.Walau,ku kirimkan tanpa amplop beralamat,walau tanpa perangko,walau tanpa selembar kertas penuh tulisan tangan yang acak-acakan,tapi aku mengirimkannya untukmu.Sayang sekali tentunya kamu tidak hadir bersama,jadi aku tidak harus memotong untuk berbagi denganmu,cukup melahapnya bersama sampai menjadi tak tersisa.
Sajak,kamu memahami bahwa aku menyukai sajak bukan.Sajak itu suara hatiku,aku tidak akan meneriakkannya seperti seorang penjaja keliling meneriakkan dagangannya,aku hanya meneriakkannya dalam sajak,dan menceritakannya dengan sajak,cukuplah mewakili isi hatiku,dan harusnya kamu harus belajar memahami sajak,karena ia bercerita lewat kesunyian tanpa harus ada suara-suara bising yang keluar,saling berceloteh seperti mereka-mereka,sampai harus saling gaduh.Kamu harusnya tahu,itu bukan duniaku,aku tidak menyukai kegaduhan dan kebisingan,itulah kenapa aku berharap kamu mengerti lewat tiap goresan penaku,lewat tiap potongan senja itu,lewat tiap cerita yang ku tuliskan untukmu.Kamu tahu?dunia ramai itu tidak akan bertahan lama,aku yang dulu tertawa terbahak-bahak,menertawakan lelucon dengan mereka-mereka yang lain,pertama –tama begitu banyak orang yang ikut terlibat dalam keterbahak-bahakan itu,katakanlah enam orang,lalu lima orang,lalu empat terus tiga dan akhirnya hanya diri sendiri,karena seperti malam yang semakin malam,satu demi satu beranjak dan pergi,kembali akhirnya menyisakan kesepian itu.Perlu kamu tahu,yang paling aku takutkan bukanlah kematian,kasihku.bukan kematian yang seperti lazimnya ketakutan manusia-manusia ,yang aku takutkan hanyalah waktu.Waktu mendatangkan kita pertemuan,lalu dia akan menjemput dalam perpisahan itu sendiri,dan ia libatkan kita menjadi saksinya kadang dan membiarkan kita melihat dan merasakan perpisahan orang-orang yang selama ini dekat bersama kita,termasuk dirimu nanti tanpa bisa berbuat apa-apa hanya satu-satunya menerimanya,betapa kejam bukan waktu itu.Ngomong-ngomong,kamu berada dimana ya?Adakah waktu tahu?

“ya,hanya waktu yang tahu,karena dia adalah segalanya”.Aku tutupkan cerita ini dengan sebuah lagu “I see you”dari Leona lewis yang menemaniku berkumandang bersama malam yang kini segera membawakan pagi,selamat malam kasihku.

Komentar

Postingan Populer