Sebuah Surat Untukmu


Sudah berapa lama ya aku tidak menulis surat untukmu,sayang.Apakah kamu
masih sering menunggu surat dariku seperti dikala dulu dimana kita masih bersama,dimana jutaan kata tercipta mengumbal atas nama cinta,dimana semua kata di rangkai menjadi indah dari isi hati yang dicurahkan diantara huruf-huruf,lalu membentuk kata,lalu jadilah kalimat dan akhirnya membentuk cerita,cerita kita berdua.

Sebenarnya aku masih terus menulis untukmu,hanya tidak pernah aku kirimkan padamu,aku taburkan pada angin,angin-angin yang datang meniup senja,menghantarkan kisah,kisah yang terkubur waktu.Ku selalu menulis dikala senja sore diantara deru mesin-mesin,diantara gerimis,diantara pejalan-pejalan pulang,diantara senja dalam antrian halte,menunggu bersama dalam wajah yang lelah,diantara suara-suara music jazz,disudut kedai kopi itu,aku menulis untukmu.

Kita sekarang terhempas oleh ruang dan waktu itu sendiri,bagai ampas yang mengendap didasar sebuah minuman,rindu-rindu itu mengendap didalamnya,di dasar dari semua kumpulan waktu dalam satu ruang yang sangat besar,andaikan aku bisa memilih dalam satu-satunya permintaan yang akan dikabulkan oleh dewa-dewa,walau harus berakhir dengan kehilangan jiwa itu sendiri,aku ingin dijadikan angin,sayang.Karena angin itu abadi,selalu ada walau tak berwujud,menemani di setiap sudut dan ruang,dalam waktu waktu yang tak terkekang dan mengekang,bebas mengalir dan terbang bersama udara,memasuki rongga dada,berhimpit diantara hembusan nafasmu,dalam tiap desahan kerinduanmu,selalu ada,kemanapun dimanapun kamu berada,selalu ada tanpa ada yang memisahkan lagi seperti kini.Kita tidak lagi harus memanggil dalam kejauhan,meneriakkan kerinduan yang menyiksakan jiwa,memekikkan rasa seperti teriakan seorang penyanyi bariton lalu akhirnya entah aku atau dirimu,diantara kita berdua terjatuh dalam kegelisahan hati,dan kesunyian yang datang bertubi-tubi,menyerang titik nadir kita,seperti menancapkan sebelah pisau ke dalam hati,mengirisnya pelan-pelan dalam ketersiksaan yang mendalam.Tidak akan seperti itu lagi,bila aku menjadi angin,aku akan ada dalam tiap hembusan nafasmu.

Aku melamun lagi,terlalu jauh aku melamun.Seorang yang suka menulis selalu bermain dengan lamunan,khayalan,fantasi-fantasi dalam dunia absurdity,dimana paradok dan ironically dalam dunia nyata selalu dihadapkannya dan melemparkannya dalam kesedihan dan keterasingan,dimana terdapat dalam satu ketidaksamaan yang begitu kentala,dimana keindahan akan bertemu dengan segala kesedihan,dimana keromantisan yang diagungkannya
Selalu dihadapkan dalam satu ruang kehampaan dengan ketiadaan satu sisi penyeimbang didalamnya,sebuah keadaan ironis kadang yang hanya bisa ia menatap bisu dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang.Hanya lagu-lagu yang seakan-akan itu telah menjadi temannya yang paling abadi yang selalu menemaninya,tiap lirik seakan menyampaikan suaranya yang tak bisa dia teriakan,tetapi lagu tetap selamanya hadir dan berakhir dengan rasa yang mengantung,menggantug di udara,menggantung di dalam dada,karena bukankah kita tidak bisa membaginya seperti membagi potongan kue ulang tahun,sebelum semuanya di buyarkan dalam satu keadaan sadar akan realitas.

Kasihku,datanglah kamu ke sini,dimana aku selalu berharap engkau ada,selalu ada dalam setiap moment indah yang aku habiskan,sayang sekali aku harus menghabiskannya dalam Ketersia-siaan,hanya menambahkan rasa ini dalam kenangan yang semakin dalam,dalam coretan kata setelahnya setelah aku dihadapakan dalam kesunyian malam,ku keluarkan moment itu yang tadi aku simpankan sedikit,menumpahkan buat menyiksan diri ini.Apalah indahnya,tiada keindahan sedikit pun,walau menjadi puisi yang sangat indah ajtau menjadi satu tulisan yang membuat banyak orang suka membacanya,tapi mereka tidak tahu,aku jual Rasa kepedihan yang begitu mendalam dengan kekosongan dirimu.

Kasihku,datanglah temani aku bermain,temani aku menunggu senja,temani aku bersama mendengar ombak berderu,suara burung camar,temani aku dalam tiap senja sore yang turun Yang semakin membawa kita turun,terbenam bersama walau tidak hanya dengan perbedaan kita yang susah untuk disatukan lagi dalam ketidakadilan dunia ini,juga waktu yang membenamkan kita pelahan,sampai dalam satu suara kekidungan senja di antara buih-buih ombak,dan perahu-perahu nelayan yang bergantung di garis horizontal pantai.

Kasihku,datanglah walau itu hanyalah sebuah doa yang Tuhan pun ragu untuk mengabulkannya untukku,datanglah sibakkan tirai wajahku ini dari belenggu-belenggu kesepian yang selelu menutupi ku,biarlah cercahan sinar senyum wajahmu menerangi dalam tiap lekukan wajahku hingga ia bersinar cerah lagi seperti saat awal dimana kita pertama kali baru saling bertemu.

Aku mengerti,mengerti sekali.Jangan mencari dan menuntut rasa keadilan dalam cinta,Diantara dua jiwa yang berseberangan namun terdapat satu ikatan rasa yang saling keterhubungan,selalu ingin bersama,selalu berharap diperlakukan sama,selalu meminta untuk selalu ada,janji setia walau terkadang tak selamanya bisa setia,sebelum akhirnya berpaling.Memang terasa berat,seperti anak yang kehilangan induk,berjalan tanpa arah dengan kesendirian dalam kelinglungan yang tiada mampu menhadirkan kelogisan,selain rasa dan rasa,selain kekecewaan dan kekecewaan,selain ketidakadilan dan kekalahan yang kejam.Aku tidak berani menuntut untuk kehadiranmu,sayang walau aku butuh kehadiranmu,Biarlah semua ini ku pendam dan terus membawanya berjalan,hingga waktu yang mengikisnya pelahan dan aku harus melawannya,menerjang kearah badai itu sendiri,hingga semuanya lenyap,buyar pelahan bersama angin-angin itu.

Disini,akhir dari surat ini,ku terus membawa kenangan itu berjalan esok maupun lusa.Takdirlah yang menentukan dimana akhirnya aku harus berlabuh,walau aku hanya ingin berlabuh disisimu,berjalan bersama lewati hari menuju sampai akhir,sampai maut memisahkan kita,bukan seperti sekarang, mereka-merekalah yang memisahkan kita.Hati ini polos namun ia juga buta,ia berlabuh di tempat dimana ia merasa nyaman untuk berlabuh,ia tidak melihat banyak ketidaksenangan yang ingin menyingkirkan dia setiap saat,kalau perlu dengan paksa Menariknya keluar walau harus mematahkan akar-akarnya.

Sayang,berat rasanya untuk mengakhiri surat ini,yang seharusnya aku akhiri
dengan sejumlah kata doa pengharapan yang baik,tetapi betapa sulitnya untuk berunding dengan hati yang merasa tak rela,akan begitu saja kepergianmu tanpa satu akhir yang indah.Cinta itu buta,maka karena buta aku mencintaimu,pintaku cinta itu selalu ada dimanapun,kemanapun,kapanpun,walau harus kamu selipkan di satu tempat kecil saja,tempatkanlah dia di tempat istimewa,yang hanya kamu yang mengenalinya,selamanya.

Komentar

Postingan Populer