My diary,sunday.may 31.
Hari yang sangat panas belakangan ini,seperti api yang membakar.Hari ini hari minggu,bagiku,semua hari sama saja,tidak ada perbedaan sama sekali,bahkan disaat semua orang begitu menyukai hari sabtu,aku malah menjadikan hari sabtu sebagai hari yang paling tidak aku sukai diantara semua hari,kadang aku merasa seperti seorang yang tampak bodoh di hari sabtu,entah mau kemana dan mau melakukan apa,pernah mengitari jalan dari Gajah Mada sampai senayan,dan kembali lagi melewati Tomang kemudian Roxy dan pulang ke rumah,seperti seorang yang tampak tolol,tanpa ada tujuan,di saat semuanya menantikan hari itu,waktu melepaskan kerinduan yang telah terpendam setidaknya setelah seminggu,berkumpul dengan pasangan,aku malah mengitari jalanan dengan tidak jelas,itulah kenapa sabtu selalu menjadi hari yang paling aku benci diantara semua hari.
Tapi,sabtu telah lewat,saat menuliskan ini adalah hari minggu malam,sore tadi,aku mengunjungi seorang sepupu yang menderita lever,masih teringat jelas,beberapa bulan yang lalu,saat melihat dia yang penuh dengan senyuman di raut wajah,dengan tubuhnya yang tambun,bercanda ria dengan yang lain,hari ini melihat wajah dia yang tampak berfrustasi,terasa ada kepasrahan yang amat dalam berjuang melawan penyakitnya,melihat tubuhnya yang kini berubah menjadi sangat kurus,terasa pilu juga dan membuat diri ini merenung,tentang hidup yang tidak pasti,tentang setitik nafas yang terus berhembus,denyut jantung yang berdetak,entah kapan denyut itu tiba tiba berhenti bergerak,senyum hari ini bisa berganti tangis di hari esok,hanya Tuhan yang tahu.
Malamnya,aku menonton sebuah film korea,windstruck.film yang ditonton ulang,pemain utama dalam film itu berkata di depan wanitanya,katanya''saat aku mati,aku ingin menjadi awan dan angin''.aku juga pernah memikirkan yang sama,seandainya bila aku mati,pikirku,jika bisa aku ingin berubah menjadi angin,angin selalu berada di sekitar kita walau ia tidak terlihat oleh kita,namun kita bisa merasakan keberadaannya,tentunya ia everlasting,ia abadi.tiupannya bisa menghanyutkan kita dalam perasaan.
Tapi,sabtu telah lewat,saat menuliskan ini adalah hari minggu malam,sore tadi,aku mengunjungi seorang sepupu yang menderita lever,masih teringat jelas,beberapa bulan yang lalu,saat melihat dia yang penuh dengan senyuman di raut wajah,dengan tubuhnya yang tambun,bercanda ria dengan yang lain,hari ini melihat wajah dia yang tampak berfrustasi,terasa ada kepasrahan yang amat dalam berjuang melawan penyakitnya,melihat tubuhnya yang kini berubah menjadi sangat kurus,terasa pilu juga dan membuat diri ini merenung,tentang hidup yang tidak pasti,tentang setitik nafas yang terus berhembus,denyut jantung yang berdetak,entah kapan denyut itu tiba tiba berhenti bergerak,senyum hari ini bisa berganti tangis di hari esok,hanya Tuhan yang tahu.
Malamnya,aku menonton sebuah film korea,windstruck.film yang ditonton ulang,pemain utama dalam film itu berkata di depan wanitanya,katanya''saat aku mati,aku ingin menjadi awan dan angin''.aku juga pernah memikirkan yang sama,seandainya bila aku mati,pikirku,jika bisa aku ingin berubah menjadi angin,angin selalu berada di sekitar kita walau ia tidak terlihat oleh kita,namun kita bisa merasakan keberadaannya,tentunya ia everlasting,ia abadi.tiupannya bisa menghanyutkan kita dalam perasaan.
Komentar